Rabu, 21 November 2018

Ga nyangka!

 Ada yang bilang kalau semisal kita cinta karena Allah itu bakal lebih nikmat. Sepertinya aku sedang jatuh cinta kepada seseorang. Namanya Ihsan. Bukan seseorang yang spesial sebelumnya. Malah kami gak mengenal satu sama lain.
 Pertama kali Kenal Ihsan sebetulnya dari zaman kami SMA. Perbedaan umur 1 tahun membuat kami jadi junior dan senior. Kami bukan junior senior di sekolah yang sama, kami beda sekolah tapi kami bisa kenal.
 Sekitar tahun 2012 media sosial yang sedang booming yaitu facebook. Kegiatan yang dilakukan ya, buat status setiap hari. Bales wall to wall sama temen sampe kenalan sama orang yang gak dikenal sebelumnya. Termasuk dengan Ihsan ini. Nama belakang kami yang sesama “Hamdani” membuat orang mengira kami kakak adik. Ihsan yang akrab disapa isun di sma nya digosipin punya adik namanya Shifa Putri Hamdani! Gosip ini muncul karena aku sempat comment di halaman facebooknya.
 Berawal dari beberapa temennya yang suka nanya, “Sun itu ade lo ya yang komen diatas? Namanya sama-sama hamdani.” Kami jadi kenal. Dan ujungnya kami sering komen di facebook.
 Sampai pada akhirnya Ihsan mau bantu aku untuk belajar. Dulu mana ngerti yang namanya modus sih. Kalau gak ngerti sesuatu ya tanya. Kebetulan sebelumnya kami sering chatting di facebook jadi sedikit sedikit tau soal dia. Kesukaannya apa dan orangnya kaya gimana. Akhirnya kita ketemu lah. Kita ketemu pertama kali di KFC Taman Topi lantai 2. Waktu itu Ihsan juga sibuk persiapan SBMPTN dan aku sibuk untuk naik kelas 3.
Masih inget hal pertama yang dia tanya,
“Rumus percepatan apa Shif?”
 First impressionnya malah bikin ketawa. Gimana engga? Aku bukan tipe yang suka fisika karena susah. Rumusnya juga banyak dan bikin pusing. Beda banget sama Ihsan yang menganggap pelajaran fiiska itu pelajaran yang asik. Bukan shifa namanya kalau engga ngobrol sana sini, ujungnya kita cuma ngobrol dan makan, gak lama cuma sebentar. Tapi cukup seru untuk pertama kali ketemu.
 Setelah ketemuan pertama kali itu, gak lama dapet kabar kalau Ihsan keterima di dua universitas. Di UI dan UNPAD. Jurusan kedokteran. Waktu itu aku dapet kabar karena nanya gimana pengumumannya dan aku ngerasa bangga saat itu juga sama dia. Saat orang lain susah dapet satu universitas, dia malah lolos di dua universitas terkemuka di indonesia. Dan akhirnya dia pilih lanjutin studi di UI. Kuliah impiannya dari dulu. Impiannya pengen jadi dokter.Semenjak dari itu kita gak pernah ketemu lagi.
 Sampai pada tahun 2015 ayah masuk rumah sakit karena stroke. Ihsan mau jenguk! Masih inget banget, dia dateng ke rumah sakit sekitar jam 2 siang. Aku tanya lah apa dia bawa mobil atau motor dan dengan polos dia jawab,
“Saya kesini naik trans pakuan, Shif”
Niat banget nih orang, jauh-jauh dari rumahnya di bojong ke daerah sentul. Oiya waktu Ihsan jenguk, kebetulan ada mamah juga, dia sempet ketemu mamah dan ngobrol banyak dengan kami. Masih belum ngeeh maksudnya apa. Tapi pacarku yang waktu itu kami baru jadian aja gak bisa jenguk ke rumah sakit karena dia udah pulang kampung ke Lampung.
Setelah Ihsan jenguk ayah ke rumah sakit, kami tidak bertemu kembali. Sekitar tahun 2016, ada cerita lucu untuk ketemu kali ketiga kami. Saat orang yang pernah deket sama Ihsan semasa SMA nikah dan aku diundang ke nikahan perempuan ini. Aku datang dengan mantan pacarku, Fandy. Maklum kami sudah 2 tahun pacaran. Jadi kalau ada undangan ya aku ajak mantan pacarku ini, yang dulu kami sudah lama pacaran. Gak sengaja aku liat Ihsan sedang membawa piring makanan. Aku menyapanya dan becanda ke dia,
“Kak ditinggal nikah sama kak “A” ya?” aku tertawa kecil di samping mantan pacarku di hadapan Ihsan.
 Dia hanya balas tertawa saja. Hanya sebatas itu. Dia pun pergi. Aku diundang ke acara nikahan orang yang pernah dekat dengan Ihsan. Malah aku kadang jadi tempat curhat mereka. Aku suka nanya soal hubungan mereka gimana dan pada akhirnya perempuan ini menemukan jodohnya sendiri, bukan Ihsan. Gak ada yang tau ya jodoh kita siapa, termasuk cerita mereka berdua.
 Selang 1 tahun berlalu, takdir mempertemukan kami kembali. Ihsan sekarang sudah jadi dokter muda. Jiwa kedokterannya makin bagus. Pertemuan kali ini dikarenakan aku habis mengalami kecelakaan. Kalau soal sakit macem gini, jiwa dokternya terpanggil dan gerak cepat dia. Waktu kejadian ayah juga begitu kan? Bedanya tahun 2015 ayah yang dijenguk Ihsan, sekarang giliranku yang dijenguk. Kebetulan aku kecelakaan motor jadi buat kaki kanan cedera lumayan parah. Ihsan penasaran separah apa dan membuat dia niat untuk datang ke rumah.
 Untuk pertama kalinya Ihsan datang ke rumah! Gak ada persiapan khusus sih, soalnya aku lagi sakit gini. Berdiri aja susah gimana mau beres-beres rumah. Dia emang sudah ada niat datang ke rumah setelah aku kecelakaan, tapi karena aku baru pulang berobat di Bandung dan baru pulang jadi baru ada waktu jenguknya 3 minggu setelah kecelakaan. Waktu itu dia datang habis magrib pula, dia bilang tadi ada yang diurus buat persiapan intern (pengabadia negara) bulan depan.
 Entah kenapa pertemuan kali ini, aku merasa berbeda. Ihsan lebih terlihat dewasa. Dari awal aku ketemu dia pun memang sudah dewasa. Tapi mungkin apa karena dia sudah jadi dokter muda ya? Lebih ganteng sih sebetulnya hahaha
 Dia banyak ngobrol banyak sama ayah. Ayah nanya soal keadaanku ke Ihsan dan dia jelasin dengan detail. Ayah pun tanya soal prosedur operasi dan hal lainnya. Dokter muda ini emang pinter ambil hati ayah. Sampai-sampai ayah suka dengan gaya komunikasinya. Hal yang berbau kedokteran yang ayah kurang awam dan sesuatu yang sulit dicerna, Ihsan rangkai dengan baik.
 Ketemu kali ini cukup lama dan membuat ku senang. Pernah terpikir bisa gak ya jadi istrinya Ihsan kelak? Istri seorang dokter yang baik dan dewasa. Makin lama makin ngerti Ihsan kaya gimana. Dia kurang suka hal yang “biasa aja” malah kalau aku curhat pun harus beda. Dia juga gak suka kalau curhat soal ngeluh. Dan aku ngerasa beruntung gak dimanja dalam artian gak direspon yang bikin aku makin manja.
Hati selalu bilang “Kalau mau dapetin Ihsan harus pake usaha extra.”
 Extra dalam artian aku harus minta sama Allah. Ihsan bukan sembarang laki-laki yang modus ke perempuan atau macem-macem. Dia baik dan dewasa. Dia juga pinter. Ilmu kedokteran yang dia punya selama ini, dia aplikasiiin dari dulu. Jiwa kedokterannya udah nempel dari sejak dia mutusin pengen jadi dokter. ilmu agamanya juga bagus. Dia juga dulu pas SMA jadi ketua DKM, itu yang buat ayah pengen punya menantu kaya Ihsan. Ya siapa tau kan ya hehe
 Dia juga udah tau soal aa. Malah aku diskusi soal “gen downsydnrome” sama Ihsan. Dan gak ada kekhawatiran soal hal itu. Dan yang paling penting dia juga tau soal FAM yang ada di tubuhku. Aku yakin gak semua orang bisa nerima kekurangan orang lain. S .
aat orang lain tau dan malah lebih mendukung kita soal kekurangan kita, aku yakin orang itu sayang sama kita. Termasuk Ihsan. Walaupun sayangnya kita gak tau kaya gimana, tapi perhatian mereka bisa membuat orang lain lebih bersyukur. Aku juga bersyukur kenal dan bisa sedeket ini sama Ihsan.